Gender Dalam Pola Komunikasi
Selasa, 13 November 2012 | 22.55 | 0 wink
By : Henny Wirawan – Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Tarumanagara
Jika kita membicarakan mengenai
pola komunikasi antara pria dan wanita, kita akan memiliki banyak pendapat di
benak kita. Kita sering mengatakan bahwa dalam berkomunikasi, pria cenderung
lebih to the point, sedangkan wanita
akan cenderung berputar – putar dalam mengungkapkan pendapatnya. Kemudian kita
juga sering berpendapat bahwa dalam berpikir dan berkomunikasi pria lebih
menggunakan akal dan perempuan lebih menggunakan perasaan. Banyak pula yang
berpendapat bahwa pria dalam berkomunikasi tidak menyukai body contact, sedangkan wanita kerap bersentuhan dalam
berkomunikasi. Sebagian besar orang juga beranggapan bahwa pria lebih pendiam
sedangkan wanita lebih banyak bicara.
Hal – hal yang diungkapkan mengenai pola
komunikasi antara pria dan wanita diatas sebenarnya banyak yang terkait dengan stereotype yang belum tentu benar. Stereotype adalah penilaian terhadap
seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok dimana orang tersebut
dapat dikategorikan. Dengan singkat kata, stereotype
adalah pemberian label atau sikap
kita untuk menggeneralisasikan kelompok tertentu. Padahal stereotype belum
tentu benar adanya dan yang perlu diingat adalah stereotype tidak selalu berlaku
pada setiap orang.
Sebagai contoh, jika dikatakan
pria berpikir menggunakan logika sedangkan perempuan lebih menggunakan
perasaan, pada kenyataannya banyak pria yang tidak menggunakan logikanya dalam
berkomunikasi dan bertindak. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus dan
tindak kriminal sadis yang dilakukan oleh pria yang jelas mencerminkan tidak
adanya logika dalam pola komunikasi dan dalam tindakannya.
Mencoba keluar dari stereotype
tersebut, sesungguhnya jika dilihat dari materi komunikasinya, biasanya pria
tidak suka dikatakan bergosip karena banyak dari mereka yang menganggap
bergosip adalah ‘milik kaum perempuan’. Pria lebih suka dikatakan berdiskusi
atau berdebat karena mereka biasanya banyak membicarakan mengenai otomotive,
pekerjaan, dan keuangan. Sedangkan wanita memiliki materi topic yang lebih
beragam, bisa dari hobi sampai ‘harga cabai di pasar’.
Hal diatas yang membuat label pada kaum wanita lebih banyak
berbicara dari pada kaum pria. Terdapat juga hasil penelitian bahwa wanita
mengeluarkan 50.000 kosa kata perhari, sedangkan pria hanya mencapai
setengahnya.
Kemudian dalam pola
komunikasinya, dikatakan bahwa pria tidak menyukai body contact, sedangkan perempuan kerap bersentuhan dalam
berkomunikasi. Stereotype ini
berkaitan dengan sensitivitas kulit yang berbeda antara pria dan wanita. Wanita
lebih peka atau sensitif terhadap sentuhan, maka biasanya wanita dalam keadaan
sedih lebih suka dipeluk atau diusap. Sedangkan pria biasanya tidak menyukai
hal tersebut kecuali dengan orang yang sangat dicintainya. Hal ini juga
berkaitan dengan jarak psikologis yang dimiliki oleh pria.
Stereotype lain mengatakan bahwa dalam berkomunikasi, pria
cenderung to the point dan wanita
lebih suka berputar – putar dalam mengutarakan sesuatu. Hal ini berhubungan
dengan pola pikir wanita yang pada berorientasi dengan relasi. Berbeda
dengan pria yang cenderung individualis, wanita menganggap relasi merupakan hal
yang penting. Ini mengakibatkan perempuan lebih berhati – hati dalam
mengutarakan pendapatnya karena mencoba menjaga relasinya dengan orang
tersebut. Jika bersikap to the point
seperti yang kerap dilakukan pria, perempuan khawatir akan ’dicap’ sebagai
orang yang kasar, sombong, dan lainnya.
Jika kita berbicara mengenai gender, kita
tidak membicarakan sameness
(kesamaan), namun kita membicarakan equality
(kesetaraan). Dalam pola komunikasinya, baik pria maupun wanita memiliki
kesetaraan yang harusnya kita garis bawahi. Yang perlu diingat bahwa kita tidak
dapat menilai seseorang hanya berdasarkan stereotype
yang melekat pada dirinya.
Label: By : Henny Wirawan