Owner Link Archieve
Kapita Selekta FIKOM
Komersialisasi Media di Indonesia
Sabtu, 22 September 2012 | 09.14 | 0 wink

Komersialisasi Media di Indonesia

By: Aminah Swarnawati






Membahas media televisi di Indonesia saat ini 

Fungsi utama TV:
1. Informasi
2. Edukasi
3. Hiburan
4. Influence/ persuasi


Menurut Eoin Devereux (2005) media massa adalah:

1. "Wadah" berkomunikasi antara sender dengan receiver.
2. Sebuah industri atau organisasi.
3. Merupakan institusi yang memproduksi teks sebagai komoditas.
4. Agen perubahan sosial dan global.
5. Agen sosialisasi dan menjadi sumber yang sangat kuat dalam mengkonstruk kebermaknaan sosial (social meaning).


Kepemilikan media (pemilik modal)

Berkaitan dengan 5 hal diatas, dapat dilihat bahwa media massa (khususnya televisi) sebagai industri dan institusi yang memproduksi komoditas. 
Karena media adalah industri yang menghasilkan komoditas maka unsur komersial akan menjadi menonjol. 
Komersialisasi adalah implikasi dari revolusi maka media yang mendorong media dengan visi ekonomi. 
Hal ini wajar mengingat inovasi media komunikasi memang disemangati oleh jiwa kapitalisme. 
Hal ini nampak dari posisi modal (kapital) yang menjadi penentu bagi teknologi. 

Mengapa harus komersial? Karena dibutuhkan modal yang sangat besar untuk membangun suatu media massa. Hal itu juga yang menyebabkan kepemilikan media hanya dimiliki oleh beberapa orang.


Pihak yang menentukan proses komunikasi dari peliputan informasi, pengemasan informasi, hingga pemasaran informasi adalah PEMILIK MODAL, kondisi ini mau tidak mau mempengaruhi visi media 
Posisi redaksional dalam organisasi komunikasi (gate-keeper) menjadi sangat lemah 
Boleh jadi idealisme media sangat bergantung pada pemilik modal, karena bentuk jurnalisme yang dikemas di fokuskan dalam rangka menyiasati kesempatan pasar. 
Survei terhadap audience dalam rangka agenda setting juga berorientasi kenaikan oplah (tiras) 
Keberhasilan media diukur dari oplah (media cetak) atau rating (media penyiaran) 
Oplah dan rating adalah ukuran ekonomi bukan tolak ukur kualitas content media. 
Kebijaksanaan politik juga bisa menimbulkan iklim kurang sehat terhadap isi media apabila ada invervensi politik dalam kegiatan komunikasi massa. 
Jadi dominasi pemilik modal (dominasi ekonomi) mengakibatkan orientasi komersial. 
Dominasi politik menimbulkan pemasungan terhadap kebebasan pers, sesama akumulatif akan mempersempit ruang gerak jurnalisme. 

Apabila dua kekuatan dominasi sama kuat, akibatnya: 
Isi media berkisar pada 'issue' daripada masalah yang lebih penting tetapi tabu karena bertentangan dengan elit penguasa (padalah pada wilayah inilah substansi berada). Apabila pers melanggar bisa dianggap melakukan "trial by the press". 

Isi media lainnya sebagai cara media untuk tetap eksis adalah dengan merangsang selera rendah masyarakat, seperti menyajikan unsur-unsur seksual, gosip, kekerasan, dll. 

Michael Janeway (guru besar Columbia University) jurnalisme pada masa kini makin bergeser ke infotainment akibat motif bisnis yang mengemuka dalam industri media. Walhasik infotainment bukan lagi "anak nakal atau penumpang gelap" jurnalisme. Infotainment adalah arus besar (mainstream) jurnalisme itu sendiri. Dicirikan oleh kecanduan para tokoh, kecenderungan pada gosip (statement journalism), kedangkalan, obsesi pada konflik, darah, dan airmata serta ketidakmampuan membantu publik mencerna masalah bagi kepentingan politik.Kita di Indonesia bisa melihat kecenderungan menonjol pada TV One dan Metro TV.


Konglomerasi media di Indonesia

Contoh: 
MNC Group: RCTI, Global TV, MNC TV (TPI), Koran Sindo, Radio Dangdut, TPI, MNC Sport, Trijaya (Sindo FM), Global Radio, okezone.com, Sun TV, Indovision, Sindo TV, Majalah Trust, Majalah High Teen (MNC Life, Blitz Megaplex). 
Viva Group: TV One, AnTV dan vivanews.com (milik Bakrie Group) 
SCM (Surya Citra Media): SCTV, Indosiar, O Channel, Liputan6.com 
Media Group: Metro TV, Media Indonesia, Lampung Pos (Hotel Papandayan) 



Diversity

Dalam konteks diversity masyarakat dan media di Indonesia, UU penyiaran Indonesia no 32 tahun 2002 lahir atas 3 prinsip:

1. Diversity keterbukaan akses
2. Diversity of ownership
3. Diversity of content

Menurut interpretasi kami, media massa sebagai sumber informasi bagi publik harusnya menjadi sumber yang netral dan tidak memihak, publik berhak untuk mengetahui keadaan yang sesungguhnya tanpa ada unsur mengurangi dan menambahkan, menutup-nutupi, atau memihak pemilik media massa. Berita media massa dapat dipengaruhi oleh penguasa media, kebebasan dalam pers yang diatur oleh Undang-Undang Pers telah disalahgunakan. Seharusnya media massa tidak dipengaruhi oleh kepemilikan, pemilik tidak boleh mempengaruhi isi. Dalam prakteknya sekarang ini, pemilik modal bisa mempengaruhi isi. 

Pihak yang menentukan proses komunikasi dari peliputan, pengemasan, sampai pemasaran informasi adalah pemilik modal. Sehingga posisi redaksional dalam organisasi komunikasi menjadi sangat lemah, dan idealisme media sangat bergantung pada pemilik modal. Isi berita cenderung bertujuan membentuk opini yang akan menguntungkan pemilik media, bukan kepentingan publik dalam arti sesungguhnya. Ditambah lagi dengan adanya konglomerasi media, semenjak jaman orde baru yang menjamin kebebasan pers, tetapi jumlah penguasa media tidak bertambah banyak, tetap mereka-mereka saja yang berkuasa atas media. Salah satu penyebabnya karena sangat besarnya modal untuk mendirikan suatu media. Tidak ada media massa yang membuat berita negatif yang dapat merugikan kepentingan pemilik. Media menjadi sarana menciptakan dan mempertahankan kekuasaan.

Salah satu fungsi utama TV adalah untuk edukasi, sekarang ini jarang sekali dapat ditemui program televisi yang menghibur sekaligus mendidik. Hal itu dikarenakan media massa khususnya TV telah lebih mementingkan keuntungan komersil dibandingkan dengan mendidik generasi muda. Media massa lebih mementingkan ratting dan meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Para pembuat program mengetahui karakteristik masyarakat Indonesia yang menyukai program-program berbau pornografi dan kekerasan, membuat program dengan tema yang disukai masyarakat demi ratting tinggi tanpa memikirkan moral bangsa.

Written By : Olivia Oktora

Label:


Older Post | Newer Post
Hello!
Photobucket
Selamat datang di blog kami!

Kelompok kami terdiri dari :
* Lisa Juliana
* Olivia Oktora
* Loudia Levina
* Wina Nuari
* Dea Claudia
* Kezia Vinisa Rachel
* Friska Rensia
* Reynault

Blog ini akan diisi dengan berbagai
materi yang kami dapat selama
perkuliahan Kapita Selekta.


Walkie Talkie
Place Shoutmix here :D
Width : 200

Big Thanks
Skin By Cikin
Edited By Lisa Juliana.